Jumat, 24 Juni 2011

Surat Cinta Dari Surga

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Ba’da tahmid dan shalawat…

Syukurku kepada Rabb yang telah memintalkan benang-benang napasku dengan selaksa ruh tobat. Dengan itu, aku telah menemukan kembali pencerahan diri untuk segera memperbarui tobatku.


Akhi, bersamaan dengan napas tobat yang tiada dapat kuserahkan kepada siapapun ini, rasanya aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, bahwa aku telah menemukan Kekasih yang lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Tidur dan Mengantuk. Ia siap terus menerus Menjagaku, Mengurusiku, dan Memperhatikanku. Ia selalu menemaniku berdua disepertiga malamku. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Maha Mencintai yang tiada pernah terbalas cinta-Nya.


Maaf akhi, dan aku pun sadar setelah sekian lama merangkak bahwa dirimu bukanlah apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil, kerdil, dan tidak ada apa-apa dihadapan-Nya. Ia bisa berbuat apa saja sekehendak-Nya kepadamu. Sementara kau tidaklah dapat berbuat apa-apa. Dan aku sangat menghawatirkan kalau Dia Cemburu atas hari-hari yang pernah kita tingkahi sebelumya. Jujur, aku sangat takut kalau hubungan kita slama ini membuat Dia murka kepada kita, khususnya kepadaku. Dan bila itu benar-benar terjadi, sungguh apalah arti aku hidup di dunia ini hanya karena hubungan yang kita bingkai dalam tali setan ini. Akhi, Ia Mahakuat, Mahagagah, Mahaperkasa, dan Mahakeras siksa-Nya.


Akhi, roncean napas kita untuk bertobat belumlah habis. Apa yang telah kita lakukan selama ini akan ditanya dihadapan-Nya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang “belum” halal itu, marah karena terpaksa bahwa seketika aku harus membonceng motormu, marah karena ketetapan-Nya kuadukan padamu atau karena lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah, akhi. Ah, dibalik tirai-tirai palsu itu, semuanya belumlah terlambat. Ya. Kalau kita putuskan hubungan kita sekarang. Ia Mau Memaafkan dan Mengampuni. Ia Maha Pengampun. Dia tidak pernah lari dari kita, selama kita masih terus mencari-Nya.


Akhi, aku mohon jangan marah. Aku sudah bertekad untuk benar-benar menyerahkan dan memutuskan semua dendam cinta dan haru biru rinduku pada-Nya, tidak pada selain-Nya. Tetapi, tak hanya diriku, akhi. Kau pu bisa menjadi kekasih-Nya. Namun, salah satunya adalah dengan menjauhi semua hubungan kita selama ini. Juga terus menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Aku ingin bertobat, akhi. InsyaAllah. Dia sudah merencanakan masa depan yang indah untuk masing-masing kita. Kalau engkau selalu dan terus mendekati-Nya. Yakinlah, kau pasti akan dilambaikan kepada seorang perempuan shalihah. Ya, dia juga lebih baik daripada diriku saat ini yang penuh dengan lelumpur dosa. Dia akan membantumu, menjaga diri dan agamamu. Agar dirimu senantiasa terbingkai dalam paragraf kesucian menyambut pernikahan yang suci nanti. Inilah doaku untukmu, semoga kau pun mendoakan aku, akhi.


Akhi, aku adalah masinis yang membawa rangkaian jiwaku. Aku telah memutuskan untuk memutar haluan hidupku yang salah arah ini. Tetapi, aku tetap menghormatimu sebagai saudara dijalan-Nya. Ya. Saudara dijalan Allah. Dan inilah sampul yang menyimpul segala kebaikan antara kita. Lebih dari itu, hingga seluruh Mukmin yang ada di dunia ini. Tak mustahil pula bila yang demikian akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis daripada air sirup dirumahmu dan rumahku


Astaghfirullah. Maaf akhi, tak baik rasanya aku berlama-lama dalam menulis surat ini. Aku takut akan merusak hati. Goresan pena terakhirku ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan ‘haram’ kita slama ini. Insya Allah.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dikutip dari buku: Tuhan Izinkan Aku Pacaran

2 komentar: