Minggu, 14 April 2013

SILATNAS 2013: Epilog


Aku hanyalah satu dari 1500 orang yang hadir dalam acara SILATNAS 2013. Aku bahagia, pada akhirnya aku dapat mengikuti acara yang aku impikan. Aku bangga, karena aku adalah satu diantara siswa SMAN 6 Bogor yang menjadi wakil dalam acara yang berskala Nasional. Aku terharu, karena di luar sana banyak Rohis-rohis yang dengan segenap kekurangan yang mereka miliki masih mau menegakkan dan mengibarkan bendera Rohis.
Aku hanya mengorbankan satu hari Ujian Tengah Semesterku. Aku hanya mengorbankan dua mata pelajaran Ulangan Tengah Semesterku. Itu hanyalah hal kecil yang tak bernilai apapun. Karena ada, ada yang berkorban lebih dari yang aku korbankan untuk acara ini. Mereka, para peserta dari luar pulau jawa, bahkan mereka rela mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk hadir di acara ini. Mungkin bagi mereka, teman-teman yang tak mengerti arti dari hadir di acara ini mengatakan, "Apa gunanya ada di sana, kenapa mau mengorbankan waktu, jiwa, raga, juga uang untuk ikut acara itu?" Tapi bagi kami, ini adalah langkah awal dari kebangkitan Rohis Nasional, langkah awal menuju Rohis sebagai organisasi nasional.

Aku menuliskan ini karena aku bahagia. Aku ingin, kalian yang tidak bisa hadir di acara ini juga merasakan kebahagiaan itu, merasakan indahnya berada di sana, walau hanya khayalan belaka.  J

Isyah Rodhiyah
Semangat Tanpa Batas

Sabtu, 13 April 2013

SILATNAS 2013: Kembali ke Rumah


Sore itu, hujan mengguyur kota bandung. Air hujan masuk ke mobil lewat jendela yang sedikit terbuka, membuat dingin seluruh tubuh. Turunan dan tanjakan yang berkelok-kelok menjadi area yang harus dilewati sepanjang jalan lembang. Mobil dengan 1 supir dan 7 penumpang melaju dengan kecepatan yang sangat lambat, lantaran jalan penuh dengan mobil-mobil yang juga melewati jalan itu. Satu setengah jam sudah kami meninggalkan Nurul Fikri Boarding School, kami masih saja berada di jalan yang macet, beberapa kilometer dari lokasi awal. Ada hal menarik yang cukup membuat geleng-geleng kepala. Saat baru beberapa meter dari NF, mobil kami berhenti tepat di seberang bendera bendera Rumah Rohis. Salah satu penumpang mobil berwarna hitam ini, turun dan naik ke sebuah tebing yang tidak terlalu tinggi, lalu mencoba mengambil bendera itu. Dengan kekuatan yang ia punya, ia mematahkan bambu yang menjadi penyangga bendera, dan dilepaskannya bendera itu dari bambu tersebut.
Kembali ke jalanan yang macet. Sepanjang jalan tak kami temukan mushola. Sudah hampir maghrib, aku belum menunaikan sholat ashar. Akhirnya Ka Agus memutuskan untuk turun, mengajakku untuk menumpang sholat di salah satu rumah penduduk di sekitar jalan itu. Dengan ditemani ka mashithoh, kami bertiga keluar mobil dan mencari rumah yang akan kami tumpangi. Ada sebuah warung yang menjual berbagai macam barang. Ka Agus mengetuk pintu rumah, dan membeli shampoo untuk membersihkan jendela mobil yang burem. Setelah membeli shampoo, Ka Agus berkata kepada sang penjual, meminta izin untuk menumpang sholat. Setelah dipersilahkan, aku masuk, ku ambil air wudhu dan ku tunaikan sholat ashar. Sungguh baik keluarga yang punya rumah ini, ia tak segan untuk mempersilahkan kami menumpang sholat. Inilah indahnya islam.
Dengan berpayungkan jaket yang dipinjamkan ka pipit, kami kembali menuju mobil, dan melanjutkan perjalanan. Hari semakin malam, langit pun sudah mulai terlihat gelap, hujan masih saja mengguyur kota Bandung nan indah. Lelah beraktivitas seharian, kami pun tertidur di mobil, walaupun tidak nyenyak karena posisi duduk yang tidak nyaman, namun itu cukup bisa mengurangi rasa lelah dan kantuk yang sudah sejak tadi dirasakan. Tak terasa sudah pukul 21.00, saat akhirnya mobil kami berhenti di rest area. Kami turun untuk menunaikan sholat maghrib yang di jama’ dengan isya. Kami tak bisa lama-lama di rest area, perjalanan kami pun berlanjut. Mobil berwarna hitam ini melaju dengan cepat membelah jalan tol. Pukul 22.39, mobil ini sudah ada di gerbang keluar tol citereup.
Jika sampai terlalu malam, rencananya aku, ka nana, dan teman-teman yang lain akan menginap di DPD PKS. Karena tidak memungkinkan untuk pulang. Namun, saat itu ka nana dan yang lain berbeda mobil dengan ku, dan posisi mereka pun masih sangat jauh. Aku sempat bingung bagaimana caraku pulang, sedangkan abiku sedang tidak ada di rumah. Kakakku perempuan, ia tak mungkin keluar malam-malam dan menjemputku di tempat yang jauh. Umiku pun tak mengizinkannya. Mobil hitam itu tak bisa mengantarku, meskipun hanya sampai stasiun Bojonggede. Dan, ku putuskan untuk naik angkot. Beberapa menit aku menunggu angkot 35, alhamdulillah masih ada. Jalanan Cibinong pukul 23.00 masih sangat ramai, dengan orang-orang dan motor-motor. Entah apa yang mereka lakukan di jalan malam-malam seperti ini, aku sedikit tak peduli.  Sampai di pertigaan bambu kuning, aku turun dan naik kembali dengan nomer angkot yang berbeda. Aku memberitahu umiku, agar kakak perempuanku menjemputku di stasiun. Tak berapa lama setelah sampai di stasiun, kakakku datang menjemput. Pukul 23.33 akupun sampai di rumah dengan selamat. Berkat perlindungan dan pertolongan Allah aku bisa sampai dirumah tanpa ada gangguan apapun. 

SILATNAS 2013: Deklarasi FORNUSA


                 Berakhir sudah rangkaian acara SILATNAS 2013. Penutupan acara ini membuat air mata bahagia, sedih, juga haru mengalir dari pelupuk mataku. Ikrar yang dibacakan, gema takbir yang diucapkan menggetarkan hati semua  yang hadir. Ini adalah ikrar Forum Rohis Nusantara:

Betapa inginnya agar kami, agar bangsa Indonesia mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri.

Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami berkorban sebagai penebus bagi kehormatan mereka jika memang tebusan itu yang diperlukan.

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang mengharu biru di hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami.

Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik pelajar Indonesia, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah pada keputusasaan.

Sungguh kami berbuat di jalan Allah untuk menyelamatkan tunas bangsa Indonesia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami sendiri.

DENGAN INI, KAMI ROHIS INDONESIA MENYATAKAN :

1. Berjanji untuk terus membantu memperjuangkan hak - hak pendidikan saudara - saudara kami, pelajar Palestina.
2. Membawa semangat perjuangan rohis nasional ini kepada rekan - rekan seperjuangan di sekolah dan daerah kami.
3. Kami akan kembali, juli 2013, untuk musyawarah nasional, forum rohis nusantara (fornusa), di taman mini Indonesia Indah sebagai batu pijakan kebangkitan rohis nasional, menyelamatkan tunas bangsa.

Bandung, 30 Maret 2013
kami yang berusaha untuk peduli 

Rohis Nusantara 

Kamis, 11 April 2013

SILATNAS 2013: 86.400 Detik


Setelah semua turun dari bis berwarna biru, kami berjalan menuju masjid untuk menunaikan sholat. Apel pembukaan SILATNAS telah dimulai. Sayang sekali kami tak mengikuti apel itu. Saat kami sampai, sekitar pukul 16.00, peserta dan panitia sedang bersiap-siap untuk apel, dan saat kami menunaikan sholat dan makan, apel telah dimulai. Saat kami selesai sholat dan makan, apel pun telah berakhir. Setelah apel selesai, ada penampilan pencak silat untuk ikhwan dan penampilan tari saman untuk akhwat. Selanjutnya kami menuju tempat dimana kami akan bermalam. Untuk ikhwan di masjid, dan akhwat di ruang kelas, yang jaraknya cukup jauh dari gerbang depan, sekitar 5-10 menit.

Hari semakin sore, awan putih, langit biru, dan matahari digantikan oleh langit hitam, bulan dan bintang-bintang. Tak lama setelah kami sampai di tempat kami bermalam, adzan maghrib berkumandang, kami pun segera menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah itu sholat maghrib berjamaah dan membaca Al-Quran. Di ruang C3 ini, ada 3 pementor. Mereka cantik, ramah, dan baik. Para pementor memberitahukan tentang kebiasaan mereka jika sedang berkumpul yaitu, setiap orang harus membawa makanan, dan makanan itu akan dikumpulkan di tengah, lalu siapapun yang mau boleh mengambilnya. Semua yang ada di ruangan itu mengeluarkan makanannya dan menaruhnya di tengah, kemudian mengambil makanan apa saja yang diiinginkan untuk dimakan bersama-sama. Sambil makan kami mengisi waktu kosong kami dengan bercerita. Yang mengawali cerita adalah salah satu pementor, ia bercerita tentang kejadian horor di NF. Selanjutnya ada salah seorang peserta yang aku lupa dari mana asalnya. Cerita yang ia bawakan juga horor, bahkan cerita itu lebih seram dari cerita yang dibawakan pementor.
Adzan isya berkumandang. Setelah semua selesai menunaikan sholat isya dan makan, kami bergegas menuju masjid untuk memulai acara selanjutnya. Acara yang pertama adalah peduli Palestina. Ada dua orang pelajar yang mewakilkan seluruh pelajar Indonesia untuk berangkat ke Gaza pada hari Senin, 1 April 2013. Salah satu dari mereka menyampaikan orasi tentang Palestina.
“Masalah Palestina bukanlah masalah bangsa Palestina.. Masalah Palestina bukanlah masalah bangsa Indonesia.. Masalah Palestina bukanlah masalah Liga Arab.. Masalah Palestina adalah masalah seluruh umat muslim..”
Ia menyampaikan alasan mengapa kita harus peduli kepada Palestina. Alasan yang pertama adalah, dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan dunia harus dihapuskan”. Yang kedua, dalam sejarah kemerdekaan Indonesia kita mengetahui bahwa Palestina berperan besar dalam kemerdekaan ini. Palestina adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Terakhir, Palestina disebut dalam Q.s Al-Isra: 1, Palestina adalah negara yang diberkahi.
                Sang Orator selesai menyampaikan orasinya, kini saatnya pembacaan puisi yang dibacakan oleh pelajar yang juga akan pergi ke Gaza pada hari senin. Pukul 23.00 acara berakhir, 30 menit sebelumnya A’Andri dari Kota Bogor memberikan training kepemimpinan. Maklum saja hari sudah semakin malam, para peserta suda tidak bisa konsentrasi, banyak diantara mereka yang tertidur. Kami diberikan waktu 3 jam untuk beristirahat. Waktu yang sebentar, dan mungkin tak cukup bagi kami yang kelelahan. Qiyamul lail menjadi agenda pertama yang kami laksanakan setelah bangun dari tidur. Angin dan udara dingin khas lembang menyelimuti tubuh kami. Air dari keran mengalir seperti air yang baru saja dikeluarkan dari lemari es, membuat beku seluruh tubuh. Jarak antara Qiyamul lail dan adzan shubuh cukup panjang, mereka yang masih mengantuk memilih untuk mengistirahatkan kembali tubuhnya setelah selesai melaksanakan qiyamul lail dan tilawah.
Pagi setelah sholat shubuh dan membaca al-matsurat bersama serta bercerita kisah yang menginspirasi, kami bekumpul di lapangan untuk olahraga pagi. Aku kira panitia yang akan memimpin olahraga ini, tetapi ternyata bukan, salah seorang peserta dengan karakter sanguinis yang ia punya memimpin olahraga pagi ini. Tingkahnya yang lucu dan kadang lebay membuat olahraga pagi ini menjadi ceria dan penuh tawa. Selesai sudah olahraga pagi ini, selanjutnya adalah acara minat dan bakat. Aku dan Ka Anisa, juga Ka Fathim dan Ka Riani memilih minat tahfidz. Di sana kami di berikan tips-tips menghafal Al-Quran, juga makhorijul huruf. Sementara acara minat dan bakat berlangsung, di tempat lain berlangsung pula FGD, sayang aku tak mengikutinya. 

Sabtu, 06 April 2013

SILATNAS 2013: Perjalanan Panjang


Jam handphone menunjukkan pukul 03.10, saat alarm yang ku nyalakan semalam berbunyi. Hari ini adalah hari yang ku tunggu dari berbulan-bulan yang lalu. Hari dimana aku akan bertemu dengan teman-teman yang memperjuangkan hal yang sama di seluruh Indonesia. Seperti biasa, aku bangun dan menunaikan sholat tahajud juga tilawah Al-Qur’an. Setelah itu baru bersiap-siap. Adzan shubuh berkumandang. Ini artinya panggilan untuk menunaikan sholat. Agar tetap sehat dan bugar, sebelum berangkat aku memakan sedikit roti yang ku beli semalam, lumayan untuk mengganjal perut yang sudah dari tadi berbunyi meminta makan. Pukul 05.20, motor berwarna biru putih keluar dari rumah dan mengantarku menuju gerbang perumahan.
Langit masih gelap saat aku naik mobil berwarna hijau bertuliskan angka 07, dan bozonk, tulisan yang khas di setiap mobil bernomer 07 jurusan Bojonggede-Pasar Anyar. Saat itu jalanan masih sangat sepi, bisa untuk berjalan dengan kecepatan super, namun karena ini adalah angkutan umum jadi tak mungkin ia berjalan dengan kecepatan seperti itu, jika seperti itu bisa-bisa ia tak mendapatkan penumpang. Silih berganti penumpang naik dan turun menemani perjalanku menuju tempat berkumpul. Di sebuah air mancur yang terkenal di kota Bogor, aku turun dan naik kembali  dengan nomer angkot yang sama dan dengan jurusan yang berbeda. Cukup dengan 15 menit, aku pun sampai di tempat berkumpul, tepatnya di markas Imago di depan Korem. Aku telat beberapa menit dari waktu yang seharusnya. Sudah banyak orang yang berkumpul ditempat ini. Ada yang sedang sarapan, ada juga yang sedang ngobrol-ngobrol. Turun dari angkot mataku tertuju pada salah satu peserta, yang sebelumnya sudah aku kenal, namun aku lupa pernah bertemu dimana dan siapa namanya. Oh iya, ia Ka Fathim yang waktu itu bertemu denganku di MasRay saat IBF tanggal 14 Februari kemarin.
Pukul 07.00 kami dikumpulkan. Setelah pengarahan  dan pembagian konsumsi, kami berfoto dan masuk ke bis untuk memulai perjalanan. Perjalanan menjadi mengasikkan dan tak terasa karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam bis. Kegiatan yang pertama setelah pengarahan kembali, adalah perkenalan. Aku hanya mengingat beberapa nama yang ada di dalam bis itu. Ada Ka Endah, Ka Anisa, dan Fatih dari SMANSA. Ada Ka Eko dari SMANDA. Ada Ka Triyanka, Ka Vera, dan Ka Novita dari SMAN4. Ada teman-teman dari SMAN6. Ada Ka Ginanjar, Nila, dan Ka Citra dari SMAN8. Ada Ka Riani dari SMK YKPI. Ada A Dodi, A Dena dari ILMA serta IMAGO.  Ada A Andri, dan lain-lain yang aku tak ingat namanya.
Setelah perkenalan, A Dena memberikan games yang sudah sangat sering ia mainkan. Ka Ami, Ka Anisa, dan Fatih kalah dalam permainan ini sehingga ia harus maju dan mendapat hukuman. Hukuman berganti-ganti, setuju tak setuju. Dan hukuman yang pada akhirnya dilakukan adalah bermain kata. Setiap orang harus menyebutkan satu kata yang tiap katanya sambung menyambung, yang berisi tentang perjalanan ke Bandung hari ini. Awalnya bagus, tapi lama-lama menjadi tidak nyambung karena satu kata yang keluar dari mulut Fatih. Hukuman ini cukup menghibur dan membuat  orang-orang di dalam bis tertawa. Karna semakin tidak jelas, hukuman pun dihentikan. Acara menjadi semakin membosankan dan garing karena para peserta mulai diam yang menandakan ngantuk, A Dena pun menutup acara sementara. Tak berapa lama, A Andri mengambil alih, dan memulai acaranya kembali. Kali ini adalah sesi dimana semua perwakilan mempresentasikan Rohis/DKMnya masing-masing.
Satu memang selalu menjadi yang pertama. Ya, Giliran SMAN 1 Bogor adalah yang pertama. Ka Endah dibantu dengan Ka Anisa mempresentasikan DKM yang ada di SMANSA yang bernama DKM Ar-Rahmah. Subhanallah, anggota DKM SMANSA berjumlah 80 orang, angka yang sangat mencengangkan bagiku. Dewan Harian di DKM ini berjumlah 7 orang, dan memiliki 7 departemen. Selanjutnya SMAN 2 Bogor. DKM di SMAN 2 bernama DKM At-Thoyyibah. Lalu ada DKM ........ di SMAN 4 Bogor. Ketua Rohis DKM ini keren, punya semangat yang hebat. Salah satu yang membuat DKM SMAN 4 berkembang. Selama ini kita tak pernah mendengar ada rohis atau DKM di SMAN 4 ini, karena memang di SMAN 4 sendiri tidak terdengar. Tapi baru-baru ini SMAN 4 mulai membangun kembali DKMnya. Dengan anggota yang sedikit dan semangat yang hebat, kalian pasti bisa memajukan Rohis SMAN 4. Semangat!! Setelah empat, lima, tapi karena lima tidak ada berarti enam. Ini giliran Rohis Al-Hadistiyah SMAN 6 Bogor. Sang Ketua Rohis maju dan mempresentasikan realita tentang Rohis Al-Hadistiyah. Seharusnya setelah SMAN 6 adalah SMAN 7. Namun, karena perwakilan SMAN 7 ada di mobil dan bukan di bis ini maka selanjutnya adalahh SMAN 8. SMAN 8  tak kalah keren, anggota mereka lebih dari 50 orang, ya 2 kali lipat dari anggota Rohis Al-Hadistiyah.
Selain mengenalkan tentang Rohis atau DKM di masing-masing sekolah. Kita juga membahas tentang masalah-masalah yang ada di dalam sekolah tersebut, dan mencari pemecahan dari masalah itu. Masalah dari tiap sekolah berbeda-beda. Ada sekolah yang kekurangan mentor sehingga sulit untuk melaksanakan mentoring. Ada juga yang ketua rohisnya mengundurkan diri, lantaran dilarang oleh orangtuanya mengikuti Rohis lagi. Tentu di setiap larangan ada hal yang menyebabkan larangan itu diberikan. Ini masalah yang banyak dialami para aktivis organisasi, “Nilai akademik yang menurun”. Terkadang kita lebih mementingkan tugas organisasi ketimbang tugas sekolah, sehingga tugas-tugas sekolah menjadi terabaikan. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Kita selalu menuntut restu orangtua, tapi kita sendiri tak bisa membuktikan bahwa apa yang kita lakukan dapat membanggakannya. Organisasi dan sekolah sama pentingnya, jadi kita harus tawadzun. Untuk masalah ketua rohis yang mengundurkan diri, solusinya tentu mengadakan pemilihan lagi. Karena jika tak ada yang memimpin, organisasi ini akan berantakan.
Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting, tanpa komunikasi yang baik, suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Namun, seringkali masalah komunikasi antara akhwat dan ikhwan terjadi dalam sebuah organisasi. Islam telah mengatur hubungan akhwat dengan ikhwan. Hijab atau batasan akhwat dan ikhwan memang sangat penting, namun bukan berarti dengan hijab tersebut antara akhwat ikhwan sama sekali tidak ada komunikasi.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari masalah-masalah yang ada. Kita lebih sering fokus dengan kuantitas, bukan dengan kualitas. Padahal jika kita telusuri, kuantitas yang kecil dan kualitas yang baik dapat mengalahkan kuantitas yang besar dan kualitas yang buruk. Kuantitas tanpa kualitas tidaklah berarti apa-apa.
Setelah 8 jam perjalanan bis berwarna biru sampai di sebuah sekolah di desa Cibodas. Udara sejuk menyambut baik kedatangan kami. Hamparan selada hijau menjadi pemandangan yang pertama kali kami liat ketika turun dari bis. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan terbayar sudah.

bersambung.....

Rabu, 03 April 2013

SILATNAS 2013: Prolog



Sejak peristiwa fitnah bahwa rohis itu teroris, mulai muncul berbagai macam aksi yang mau membuktikan bahwa rohis itu bukan teroris. Tapi rohis adalah kumpulan anak-anak yang ingin menjadi baik, yang mau mengajak kepada kebaikan, yang berani menyampaikan kebenaran. Dan rohis adalah generasi penerus bangsa. Rohis adalah mutiara bangsa.  
Sejak saat itu aku mengikuti informasi tentang acara itu. Setiap hari aku membuka akun sosial media yang ku punya. Ku cari, ku lihat, dan ku baca. Sampai pada akhirnya acara itu benar-benar diadakan. Harapan untuk mengikuti acara itu hampir hilang, karena acara itu bertepatan dengan ulangan tengah semester di sekolahku. Hari berlalu begitu saja. Sedih dan pasrah, berharap masih tersisa kesempatan untuk berada di sana. Awalnya aku sangat pesimis sekolah takkan mengizinkan kami pergi dan menghadiri acara ini.
Namun, bukan itu skenario Allah. Skenario Allah lebih indah dari yang ku duga. Hari Selasa, tanggal 26 Maret 2013, aku dan ketiga temanku mencoba menghubungi dan berbicara dengan pembina rohis kami tentang acara ini. Respon pembina rohis kami sangat baik, ia langsung meminta nama-nama perwakilan yang akan dikirim untuk mengikuti acara itu. Siangnya kami diminta menyerahkan formulir ke TU. Esok harinya, surat tugas dan dana untuk mengikuti acara itu turun. Pembina yang luar biasa. Allah mempermudah jalan menuju kesana lewat Bu Nanik, pembina Rohis Al-Hadistiyah yang sangat luar biasa.

bersambung.....

Senin, 01 April 2013

Antara Kualitas dan Kuantitas


Jangan bersedih jika jumlah kita sedikit..
Bersedihlah karena kualitas ilmu kita yang sedikit..

Jangan terlalu fokus pada kuantitas, sampai mengabaikan kualitas..
Untuk apa banyak tapi tak berkualitas?
Banyak tapi tak berilmu?

Coba kita ingat dan telusuri jejak Rasulullah SAW..
Dalam berbagai perperangan jumlah kaum muslimin hanya 1:100 atau bahkan 1:1000..
Apakah lantas Rasulullah dan pasukannya menyerah?
TIDAK!
Mereka tidak menyerah!
Tapi mereka terus berperang dengan semangat jihad fisabilillah..
Hasilnya KEMENANGAN yang mereka dapatkan..

Belum cukupkah bukti bahwa kuantitas tak selalu menjadi faktor utama keberhasilan?

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan..
Setelah kesulitan ada kemudahan..
Allah telah mengatakannya dalam  2 ayat Al-Quran..
Masihkah kita tak percaya?

Biarkanlah sekarang kita bersusah-susah..
Berlelah-lelah.. Bersakit-sakit..
Karena setelah kesusahan ada kemudahan..
Setelah kelelahan ada kebahagiaan..
Setelah kesakitan ada kesenangan..

Ayo kita tingkatkan kualitas kita dengan terus menimba ilmu dimana pun kita berada.. Dan selalu mengiringinya dengan mengajak teman-teman kita kepada kebaikan dan mengajak mereka merasakan manisnya iman J



Kamar Mungil, 25 Maret 2013
Isyah Rodhiyah
Semangat Tanpa Batas!!