Sore itu, hujan mengguyur kota bandung. Air hujan masuk ke mobil lewat
jendela yang sedikit terbuka, membuat dingin seluruh tubuh. Turunan dan
tanjakan yang berkelok-kelok menjadi area yang harus dilewati sepanjang jalan
lembang. Mobil dengan 1 supir dan 7 penumpang melaju dengan kecepatan yang
sangat lambat, lantaran jalan penuh dengan mobil-mobil yang juga melewati jalan
itu. Satu setengah jam sudah kami meninggalkan Nurul Fikri Boarding School,
kami masih saja berada di jalan yang macet, beberapa kilometer dari lokasi awal.
Ada hal menarik yang cukup membuat geleng-geleng kepala. Saat baru beberapa
meter dari NF, mobil kami berhenti tepat di seberang bendera bendera Rumah
Rohis. Salah satu penumpang mobil berwarna hitam ini, turun dan naik ke sebuah
tebing yang tidak terlalu tinggi, lalu mencoba mengambil bendera itu. Dengan
kekuatan yang ia punya, ia mematahkan bambu yang menjadi penyangga bendera, dan
dilepaskannya bendera itu dari bambu tersebut.
Kembali ke jalanan yang macet. Sepanjang jalan tak kami temukan mushola.
Sudah hampir maghrib, aku belum menunaikan sholat ashar. Akhirnya Ka Agus
memutuskan untuk turun, mengajakku untuk menumpang sholat di salah satu rumah
penduduk di sekitar jalan itu. Dengan ditemani ka mashithoh, kami bertiga
keluar mobil dan mencari rumah yang akan kami tumpangi. Ada sebuah warung yang
menjual berbagai macam barang. Ka Agus mengetuk pintu rumah, dan membeli
shampoo untuk membersihkan jendela mobil yang burem. Setelah membeli shampoo,
Ka Agus berkata kepada sang penjual, meminta izin untuk menumpang sholat.
Setelah dipersilahkan, aku masuk, ku ambil air wudhu dan ku tunaikan sholat
ashar. Sungguh baik keluarga yang punya rumah ini, ia tak segan untuk
mempersilahkan kami menumpang sholat. Inilah indahnya islam.
Dengan berpayungkan jaket yang dipinjamkan ka pipit, kami kembali menuju
mobil, dan melanjutkan perjalanan. Hari semakin malam, langit pun sudah mulai
terlihat gelap, hujan masih saja mengguyur kota Bandung nan indah. Lelah
beraktivitas seharian, kami pun tertidur di mobil, walaupun tidak nyenyak
karena posisi duduk yang tidak nyaman, namun itu cukup bisa mengurangi rasa
lelah dan kantuk yang sudah sejak tadi dirasakan. Tak terasa sudah pukul 21.00,
saat akhirnya mobil kami berhenti di rest area. Kami turun untuk menunaikan
sholat maghrib yang di jama’ dengan isya. Kami tak bisa lama-lama di rest area,
perjalanan kami pun berlanjut. Mobil berwarna hitam ini melaju dengan cepat
membelah jalan tol. Pukul 22.39, mobil ini sudah ada di gerbang keluar tol
citereup.
Jika sampai terlalu malam, rencananya aku, ka nana, dan teman-teman yang
lain akan menginap di DPD PKS. Karena tidak memungkinkan untuk pulang. Namun,
saat itu ka nana dan yang lain berbeda mobil dengan ku, dan posisi mereka pun
masih sangat jauh. Aku sempat bingung bagaimana caraku pulang, sedangkan abiku
sedang tidak ada di rumah. Kakakku perempuan, ia tak mungkin keluar malam-malam
dan menjemputku di tempat yang jauh. Umiku pun tak mengizinkannya. Mobil hitam
itu tak bisa mengantarku, meskipun hanya sampai stasiun Bojonggede. Dan, ku
putuskan untuk naik angkot. Beberapa menit aku menunggu angkot 35,
alhamdulillah masih ada. Jalanan Cibinong pukul 23.00 masih sangat ramai,
dengan orang-orang dan motor-motor. Entah apa yang mereka lakukan di jalan
malam-malam seperti ini, aku sedikit tak peduli. Sampai di pertigaan bambu kuning, aku turun
dan naik kembali dengan nomer angkot yang berbeda. Aku memberitahu umiku, agar
kakak perempuanku menjemputku di stasiun. Tak berapa lama setelah sampai di
stasiun, kakakku datang menjemput. Pukul 23.33 akupun sampai di rumah dengan
selamat. Berkat perlindungan dan pertolongan Allah aku bisa sampai dirumah
tanpa ada gangguan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar