Siapa yang tak
suka di puji? “Kamu Cantik, Pintar, Hebat, Imut, Keren, Kece, Bijaksana, Lemah
lembut, dan sebagainya”. Pujian membuat
senyuman tersungging di bibir, hati merasa senang, dan tubuh menjadi riang. Itu
efek pertama dari sebuah pujian.
Tapi tahukah kawan?
Di sadari atau tidak, seringkali kita terjebak dan terlena dalam pujian. Membuat diri seolah puas, seolah
paling hebat, tak ada lagi yang perlu diperbaiki, dan tak ada lagi yang perlu
diperbuat. Padahal, banyak orang di luar sana yang sedang berlomba-lomba memperbaiki
dan memperhebat diri.
Alhasil pujian
yang dulu kita terima tak lagi terdengar di telinga, tak lagi tersimpan di
hasil, dan tak lagi terfikirkan di otak. Juga, hal-hal yang telah kita raih tak
lagi di pandang baik, karena ternyata kita terlalu lama terjebak dan terlena
dalam pujian-pujian yg kita dapatkan.
Sebaliknya
dengan cacian (red:teguran). Ketika seseorang mendapatkan cacian, orang
tersebut akan merasa down, merasa sia-sia dan tak berguna. Tapi kawan,
seringkali cacian menjadi suatu motivasi untuk membuktikan kepada dunia bahwa
kita BISA LEBIH BAIK dari orang yang mencaci kita. Saat itulah diri kita
berbuat lebih banyak dari biasanya, berfikir lebih cerdas dari biasanya, bekerja
lebih keras dari biasanya.
Ada cantik, ada
jelek. Ada kasar, ada halus. Ada baik, ada buruk. Ada pujian, dan ada juga
cacian. Allah telah menciptakannya berpasang-pasangan, saling melengkapi satu
sama lain.
Tegur aku di
saat salah. Karena aku bukanlah makhluk yang sempurna. Namun, aku mempunyai
keinginan untuk menjadi lebih baik. Aku mempunyai mimpi yang ingin ku raih.
Bojonggede, 21
Agustus 2013. Pukul: 21.13
Untukmu yang
sedang terlena dan terjebak dalam pujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar