Rabu, 14 November 2012

Aku Merindukanmu




Sudah berapa lama kita tak bertemu?
Sudah berapa lama kita tak bertegur sapa?
Sudah berapa lama kau tak tersenyum untukku?
Sudah berapa lama sobat?
Aku tak dapat menghitungnya
Mungkin karna sudah terlalu lama
Atau mungkin karna aku lupa

Pertemuan denganmu yang selalu aku rindukan
Teguranmu yang selalu aku tunggu
Senyummu yang selalu buatku bahagia
Sudah sangat lama aku tak menemukannya

Mungkin aku terlalu lama tersibukkan dengan urusan sekolah
Mungkin aku terlalu lama pergi tanpa kabar
Mungkin aku terlalu lama pergi tanpa meninggalkan jejak

Maafkan aku sobat
Aku sangat jarang menanyakan kabarmu
Aku sangat jarang mengingatkanmu untuk selalu istiqomah
Aku sangat jarang mengatakan bahwa aku mencintaimu karna Allah

Disini....
Pada detik ini..
Aku merasa sangat merindukanmu..
Semoga Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk melihat wajahmu..  :’)


Selasa, 06 November 2012

Nenek


Ia adalah seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya. Dahulu saat ia masih bisa berjalan, ia selalu membuatkan masakan untuk kami, saat ia tak bisa berjalan normal dan harus menggunakan kursi roda pun begitu. Ia tetap membuat masakan yang enak untuk kami. Yang sering ia masak adalah rendang, tiap kali aku berkunjung ke rumahnya, selalu ada menu rendang dengan sayur sop di tambah kerupuk, sangat lezat apalagi dimakan bersama sepupu-sepupuku. Makanan yang paling ku suka dari mbah adalah nasi goreng. Nasi goreng yang ia bikin sangaaaattt lezat. Biasanya dimakan dengan telur dadar dan kerupuk. Kerupuk memang wajib menjadi pelengkap di setiap makanan. Walaupun telur dadar mbah selalu asin, aku tetap memakannya, karna telur itu dibuat dengan rasa cinta nenek kepada cucunya.

Hampir setiap hari ia menelpon anak-anaknya. Satu-satu ia telpon, ya.. hanya sedikit menyapa, tapi mungkin itu bisa mengobati kesepian. Bagaimana tidak rumah yang sebesar itu hanya ditinggali oleh dua orang, mbah kakung dan mbah putri. Dulu rumah ini terpisah tiga, tetapi kemudian di satukan, begitu kata umiku. Aku dan keluargaku sempat tinggal disini selama 10 tahun. Pada tahun 2002 kami pindah ke Bojonggede, tepatnya di perumahan Griya Waringin Elok. Sebelum kami pindah, yang menempati rumah mbah ini adalah mbah kakung dan mbah putri, keluargaku, keluarga amahku, dan omku yang belum menikah. Setelah lama tinggal, amahku pun memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, dan kemudian pindah lagi ke rumah yang dia beli. Setelah omku menikah ia tinggal di Bekasi, rumah warisan mbah kakung. Sejak saat itu rumah mbah menjadi sepi.

Ketika kami masih kecil, kami sering berkunjung dan menginap, bersama sepupu-sepupuku yang lain. Sering kami membuat mbah triak-triak karna kegaduhan yang kami buat di rumah atas. Tapi setelah mbah selesai marah-marah, kami melanjutkan permainan kami lagi. Dan kemudian di marahin lagi. Tapi kami tetap saja bermain, hahaha. Maafkan kami mbah. Tetapi setelah kami besar #sekitar SMP dan SMA# kami mulai jarang berkunjung karna kesibukan kami. Karna itu mbah sering menelpon menyuruh kami datang. Jika sempat kami pun datang dan menginap.

Sekarang sakit mbah semakin parah, senin yang lalu tanggal 24 september 2012, mbah masuk UGD. Tetapi setelah itu pulang karna ia tak mau di rawat. Ia tak mau makan dan tak bisa tidur. Ia hanya bisa tiduran di kasur. Biasanya sebelum shubuh ia sudah bangun dan minum kopi bersama mbah kakung, setelah sholat shubuh ia menonton ceramah pagi di televisi, kemudian berita. Mbah sudah hafal jam tayang berita, sehingga selalu menanyakan sekarang jam berapa, ketika sudah jamnya ia keluar kamar dan menonton TV. Setiap sore ia duduk di teras rumah, bercengkrama dengan tetangga dan anak-anak kecil. Tapi sekarang tidak lagi, ia hanya terbaring lelah di tempat tidur, seringkali ia berteriak dan menangis karna sakit yang ia rasa. Perut mbah juga bunyi “dok dok dok”, apakah sangat sakit? Sampai perutnya bunyi seperti itu?

Aku sedih. Aku ingin yang tebaik untuk mbahku, apapun yang Allah berikan. Aku hanya ingin yang terbaik. Aku tak ingin mbah terus tersiksa seperti ini. Aku kasihan melihatnya, aku sedih melihatnya. Ketika berpamitan untuk pulang mbah bilang “maafin mbah ya. Sayang sama umi sama abi. Siapa tau nanti mbah di panggil Allah.” Air mata itu, rasanya tak dapat terbendung lagi. Siapa yang tak menangis jika mendengar kalimat seperti itu. Aku tak sanggup berkata-kata lagi, aku hanya bersalaman lalu keluar kamar, tentunya dengan menahan air  mata yang memaksa untuk keluar.

Seminggu setelah kedatangan kami, keadaan mbah mulai membaik. Mbah sudah mulai menikmati berbagai macam makanan, walaupun hanya sesendok dua sendok. Tapi itu lebih baik dari sebelumnya. Tak lama setelah itupun mbah sudah mulai sholat duduk lagi, dan bisa beraktivitas seperti biasa, menonton televisi dan sebagainya. Aku sangat senang mendengar kabar baik itu. Semoga kesehatan mbah terus terjaga. Aamiin. 

Sabtu, 03 November 2012

LADAKU (shoLAtku ibaDAhKU)

LD (Lembar Dakwah) Rohis Al-Hadistiyah





lambang.jpgAshsalatu khairum minan naum” Suara adzan shubuh menggema dari seluruh penjuru kota, membangunkan semua orang untuk menunaikan sholat. Aku terbangun sejenak lalu kembali tertidur, entah mengapa mataku rasanya sangat sulit untuk dibuka, badanku sangat sulit untuk digerakkan. “Nit.. nit.. nit..” Suara berisik itu membangunkanku. Jam menunjukkan pukul 06.30, aku sudah terlambat sekolah, aku pun bergegas mandi dan pergi. Seperti biasa aku telat datang kesekolah, alhasil aku diperbolehkan masuk kelas pada jam berikutnya. Oh ada sesuatu yang aku lupakan, PR Biologi! Dengan kekuatan tangan super cepat aku pun mengerjakan PR ku. Terpaksa aku menghabiskan waktu istirahat keduaku untuk mengerjakan PR, aku akan sholat nanti sepulang sekolah.


Tak terasa bel pulang berbunyi, aku berlari menuju gerbang sekolah dan segera pulang. Sangat melelahkan hari ini, sesampainya di rumah aku bergegas menuju kamar dan melemparkan tubuhku ke kasur. Ibu membangunkanku pukul 18.00, saat adzan maghrib berkumandang. Berhubung aku belum mandi, aku pun menyempatkan mandi sebelum meneruskan aktivitas malamku. Tugas lagi, tugas lagi, PR lagi PR lagi, sudah pukul 23.00 tugasku belum juga selesai. Aku merasa sangat ngantuk, ini sudah lewat jam tidurku, dan.... “zzzz” akupun akhirnya tertidur diatas permadani.

Itulah kehidupanku 1 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas X. Tidur, sekolah, Tugas, PR hanya itu yg ada dalam fikiranku. Sedih mengingatnya. Sebuah pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Kehidupanku dahulu membuat aku tersadar, dan membuatku menjadi lebih baik. Ada suatu kejadian yang membuatku menyadari kesalahanku. Suatu hari aku berjalan melewati DPR dekat masjid At-Tarbiyah, di sana berkumpul anak-anak kelas X yang sedang mentoring, mereka membahas tentang sholat, dan kata-kata yg terucap dari sang mentor langsung mengena kedalam hatiku, ia berkata Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR. Tirmidzi). dan seketika itu juga aku berlari ke masjid dan menunaikan sholat yang sering aku tinggalkan. Aku bertanya dalam hatiku. Kemana saja aku dulu? mengapa aku merasa sholat tak penting? Mengapa begitu? Padahal yg ku dengar barusan sholat yang akan ditanya pertama kali di akhirat kelak?? Mau menjawab apa aku nanti? Ya Allah... Ampunilah aku. Aku menangis dalam sujudku.