Selasa, 06 November 2012

Nenek


Ia adalah seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya. Dahulu saat ia masih bisa berjalan, ia selalu membuatkan masakan untuk kami, saat ia tak bisa berjalan normal dan harus menggunakan kursi roda pun begitu. Ia tetap membuat masakan yang enak untuk kami. Yang sering ia masak adalah rendang, tiap kali aku berkunjung ke rumahnya, selalu ada menu rendang dengan sayur sop di tambah kerupuk, sangat lezat apalagi dimakan bersama sepupu-sepupuku. Makanan yang paling ku suka dari mbah adalah nasi goreng. Nasi goreng yang ia bikin sangaaaattt lezat. Biasanya dimakan dengan telur dadar dan kerupuk. Kerupuk memang wajib menjadi pelengkap di setiap makanan. Walaupun telur dadar mbah selalu asin, aku tetap memakannya, karna telur itu dibuat dengan rasa cinta nenek kepada cucunya.

Hampir setiap hari ia menelpon anak-anaknya. Satu-satu ia telpon, ya.. hanya sedikit menyapa, tapi mungkin itu bisa mengobati kesepian. Bagaimana tidak rumah yang sebesar itu hanya ditinggali oleh dua orang, mbah kakung dan mbah putri. Dulu rumah ini terpisah tiga, tetapi kemudian di satukan, begitu kata umiku. Aku dan keluargaku sempat tinggal disini selama 10 tahun. Pada tahun 2002 kami pindah ke Bojonggede, tepatnya di perumahan Griya Waringin Elok. Sebelum kami pindah, yang menempati rumah mbah ini adalah mbah kakung dan mbah putri, keluargaku, keluarga amahku, dan omku yang belum menikah. Setelah lama tinggal, amahku pun memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, dan kemudian pindah lagi ke rumah yang dia beli. Setelah omku menikah ia tinggal di Bekasi, rumah warisan mbah kakung. Sejak saat itu rumah mbah menjadi sepi.

Ketika kami masih kecil, kami sering berkunjung dan menginap, bersama sepupu-sepupuku yang lain. Sering kami membuat mbah triak-triak karna kegaduhan yang kami buat di rumah atas. Tapi setelah mbah selesai marah-marah, kami melanjutkan permainan kami lagi. Dan kemudian di marahin lagi. Tapi kami tetap saja bermain, hahaha. Maafkan kami mbah. Tetapi setelah kami besar #sekitar SMP dan SMA# kami mulai jarang berkunjung karna kesibukan kami. Karna itu mbah sering menelpon menyuruh kami datang. Jika sempat kami pun datang dan menginap.

Sekarang sakit mbah semakin parah, senin yang lalu tanggal 24 september 2012, mbah masuk UGD. Tetapi setelah itu pulang karna ia tak mau di rawat. Ia tak mau makan dan tak bisa tidur. Ia hanya bisa tiduran di kasur. Biasanya sebelum shubuh ia sudah bangun dan minum kopi bersama mbah kakung, setelah sholat shubuh ia menonton ceramah pagi di televisi, kemudian berita. Mbah sudah hafal jam tayang berita, sehingga selalu menanyakan sekarang jam berapa, ketika sudah jamnya ia keluar kamar dan menonton TV. Setiap sore ia duduk di teras rumah, bercengkrama dengan tetangga dan anak-anak kecil. Tapi sekarang tidak lagi, ia hanya terbaring lelah di tempat tidur, seringkali ia berteriak dan menangis karna sakit yang ia rasa. Perut mbah juga bunyi “dok dok dok”, apakah sangat sakit? Sampai perutnya bunyi seperti itu?

Aku sedih. Aku ingin yang tebaik untuk mbahku, apapun yang Allah berikan. Aku hanya ingin yang terbaik. Aku tak ingin mbah terus tersiksa seperti ini. Aku kasihan melihatnya, aku sedih melihatnya. Ketika berpamitan untuk pulang mbah bilang “maafin mbah ya. Sayang sama umi sama abi. Siapa tau nanti mbah di panggil Allah.” Air mata itu, rasanya tak dapat terbendung lagi. Siapa yang tak menangis jika mendengar kalimat seperti itu. Aku tak sanggup berkata-kata lagi, aku hanya bersalaman lalu keluar kamar, tentunya dengan menahan air  mata yang memaksa untuk keluar.

Seminggu setelah kedatangan kami, keadaan mbah mulai membaik. Mbah sudah mulai menikmati berbagai macam makanan, walaupun hanya sesendok dua sendok. Tapi itu lebih baik dari sebelumnya. Tak lama setelah itupun mbah sudah mulai sholat duduk lagi, dan bisa beraktivitas seperti biasa, menonton televisi dan sebagainya. Aku sangat senang mendengar kabar baik itu. Semoga kesehatan mbah terus terjaga. Aamiin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar