Ia adalah
seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya. Dahulu saat ia masih bisa
berjalan, ia selalu membuatkan masakan untuk kami, saat ia tak bisa berjalan
normal dan harus menggunakan kursi roda pun begitu. Ia tetap membuat masakan
yang enak untuk kami. Yang sering ia masak adalah rendang, tiap kali aku
berkunjung ke rumahnya, selalu ada menu rendang dengan sayur sop di tambah
kerupuk, sangat lezat apalagi dimakan bersama sepupu-sepupuku. Makanan yang
paling ku suka dari mbah adalah nasi goreng. Nasi goreng yang ia bikin
sangaaaattt lezat. Biasanya dimakan dengan telur dadar dan kerupuk. Kerupuk
memang wajib menjadi pelengkap di setiap makanan. Walaupun telur dadar mbah
selalu asin, aku tetap memakannya, karna telur itu dibuat dengan rasa cinta
nenek kepada cucunya.
Hampir setiap
hari ia menelpon anak-anaknya. Satu-satu ia telpon, ya.. hanya sedikit menyapa,
tapi mungkin itu bisa mengobati kesepian. Bagaimana tidak rumah yang sebesar
itu hanya ditinggali oleh dua orang, mbah kakung dan mbah putri. Dulu rumah ini
terpisah tiga, tetapi kemudian di satukan, begitu kata umiku. Aku dan
keluargaku sempat tinggal disini selama 10 tahun. Pada tahun 2002 kami pindah
ke Bojonggede, tepatnya di perumahan Griya Waringin Elok. Sebelum kami pindah,
yang menempati rumah mbah ini adalah mbah kakung dan mbah putri, keluargaku,
keluarga amahku, dan omku yang belum menikah. Setelah lama tinggal, amahku pun
memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, dan kemudian pindah lagi ke rumah
yang dia beli. Setelah omku menikah ia tinggal di Bekasi, rumah warisan mbah
kakung. Sejak saat itu rumah mbah menjadi sepi.
Ketika kami
masih kecil, kami sering berkunjung dan menginap, bersama sepupu-sepupuku yang
lain. Sering kami membuat mbah triak-triak karna kegaduhan yang kami buat di rumah
atas. Tapi setelah mbah selesai marah-marah, kami melanjutkan permainan kami
lagi. Dan kemudian di marahin lagi. Tapi kami tetap saja bermain, hahaha.
Maafkan kami mbah. Tetapi setelah kami besar #sekitar SMP dan SMA# kami mulai
jarang berkunjung karna kesibukan kami. Karna itu mbah sering menelpon menyuruh
kami datang. Jika sempat kami pun datang dan menginap.
Sekarang sakit
mbah semakin parah, senin yang lalu tanggal 24 september 2012, mbah masuk UGD.
Tetapi setelah itu pulang karna ia tak mau di rawat. Ia tak mau makan dan tak
bisa tidur. Ia hanya bisa tiduran di kasur. Biasanya sebelum shubuh ia sudah
bangun dan minum kopi bersama mbah kakung, setelah sholat shubuh ia menonton
ceramah pagi di televisi, kemudian berita. Mbah sudah hafal jam tayang berita,
sehingga selalu menanyakan sekarang jam berapa, ketika sudah jamnya ia keluar
kamar dan menonton TV. Setiap sore ia duduk di teras rumah, bercengkrama dengan
tetangga dan anak-anak kecil. Tapi sekarang tidak lagi, ia hanya terbaring
lelah di tempat tidur, seringkali ia berteriak dan menangis karna sakit yang ia
rasa. Perut mbah juga bunyi “dok dok dok”, apakah sangat sakit? Sampai perutnya
bunyi seperti itu?
Aku sedih. Aku
ingin yang tebaik untuk mbahku, apapun yang Allah berikan. Aku hanya ingin yang
terbaik. Aku tak ingin mbah terus tersiksa seperti ini. Aku kasihan melihatnya,
aku sedih melihatnya. Ketika berpamitan untuk pulang mbah bilang “maafin mbah
ya. Sayang sama umi sama abi. Siapa tau nanti mbah di panggil Allah.” Air mata
itu, rasanya tak dapat terbendung lagi. Siapa yang tak menangis jika mendengar
kalimat seperti itu. Aku tak sanggup berkata-kata lagi, aku hanya bersalaman
lalu keluar kamar, tentunya dengan menahan air
mata yang memaksa untuk keluar.
Seminggu
setelah kedatangan kami, keadaan mbah mulai membaik. Mbah sudah mulai menikmati
berbagai macam makanan, walaupun hanya sesendok dua sendok. Tapi itu lebih baik
dari sebelumnya. Tak lama setelah itupun mbah sudah mulai sholat duduk lagi,
dan bisa beraktivitas seperti biasa, menonton televisi dan sebagainya. Aku
sangat senang mendengar kabar baik itu. Semoga kesehatan mbah terus terjaga.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar