Malam itu diselimuti awan kelabu. Mengganggap rendah diriku, tak bisa apa-apa, dan tak sebanding dengan kawanku yg punya beribu kelebihan yang membuat ia disukai banyak orang. Kawanku yang selalu diberikan tugas itu tanpa memandang orang lain yang sejujurnya sangat ingin diberikan tugas seperti dia. Ya memang selalu dia, tak ada kesempatan untuk yang lainnya, tak ada kesempatan sekecil lubang jarum pun untuk orang lain. Kini aku diberikan tugas yang dulu aku damba-damkan, tapi tak ada keinginan lagi tuk mengemban tugas itu, tak ingin lagi, karna aku sadar aku memang tak punya kemampuan untuk menjalankannya. Sekalipun banyak kawan lain yang mendukung, tapi aku benar-benar tak ingin. Ya mungkin sejak kejadian malam itu aku mulai berubah menjadi orang teraneh didunia.
Sejak malam itu hapeku tak pernah aktif, sekalipun ada sms saat kakaku mengaktifkannya, tak pernah ku balas. Tak tau apa yang ada dibenakku saat itu, aku hanya merasa, aku ingin bebas, aku tak ingin memikirkan kalian, hatiku marah tanpan sebab kepada kalian semua. Tak ingin bertemu, rapatpun tak ada yang kuhadiri. Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Aku mulai berfikir betapa merepotkannya aku, setiap hari cerita tentang apapun kepada mu kawan, aku berfikir mungkin lebih baik aku diam seperti dulu, tak pernah cerita apapun dan mencurahkannya kepada sebuah buku dengan pulpen yang siap menemani menuliskan segala rasa.
Terasa berat, berat sekali datang liqo jum'at itu. Sedikit demi sedikit ku lepaskan segala hasrat yang kemarin ku rasa. Sedikit sedikit, lama-lama hilang. Tapi apakah kau tau itu berlangsung cepat? Sampai pada saat mereka memulai pembicaraan itu. “tahun ini kamu kenapa si? Kamu beda banget, dulu kamu yang paling rajin latihan, sampe dulu marah gara-gara kita ga semangat latihan, ga mau latihan” yayayaya aku hanya bis a menghebuskan nafas, menarik nafas lalu kemudian menghembuskannya lagi. Itu belum seberapa, sampai si kawan yang punya beribu kelebihan mulai menanggapi pembicaraan, oow aku dikucilkan aku di pojokin, oow sakit oow sakit banget digituin. Sampai aku mulai diam tanpa kata, dengan sejuta jarum yang menusuk, ku tarik dan ku hembuskan nafas lagi, dengan tatapan muka yang berharap ada pembelaan, namun tak mungkin terjadi, ku tahan saja air mata yang sudah tak sabar turun membasahi hati yang terluka.
Hari ini aku pun berat sekali untuk melangkahkan kaki datang rapat disekolah, dengan rasa berat dan tubuh yang lemas, kulangkahkan kaki menuju sekolah dengan sejuta harap tak lagi terulang kejadian kemarin.
Aku diam tanpa kata lagi, tanpa senyuman di wajah, aku hanya berusaha menyibukan diri dengan apapun. Aku hanya mendengar tawa bahagia kalian, sekalipun itu lucu bibirku tetap tak tergerak untuk ikut dengan keceriaan kalian. Bahkan aku tak ingin dengar kata yg keluar dari mulut kalian lagi saat itu. Aku lelah, hatiku pun sakit kalau harus terus begini. Sakit kalau harus terus dipaksa dan dikucilkan. Tapi mungkin aku memang salah, ya besar kemungkinan seperti itu karena aku memang manusia yang penuh kesalahan.
Ku putuskan untuk pergi keluar menghirup udara yang cukup segar ditemani sebuah buku yang kadang tak ku mengerti arti dari rangkaian katanya, begitu sulit memahami makna dari rangkaian kata yang tertulis. Lalu aku akan segera pulang ketika jam menunjukan pukul DUA. 3 menit kemudian pukul DUA tepat, aku pun mulai mengenakan sepatuku dan berjalan menuju rumah dengan sejuta kegelisahan. Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggil namaku, yang pertama tak ku hirauan begitupun yang ke dua, ku pikir dia hanya memanggilku, tapi ternyata dia terus mengikutiku. Akhirnya ku tengokkan wajahku ke belakang, ia berkata teman-teman dibelakang. Ha? Apa? Aku harus cepat aku tak mau bertemu, tak mau, aku ingin pulang, sampai di rumah aku ingin tidur tak ingin ku hiraukan mereka.
Sampai di rumah aku langsung menuju kamar dan mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa, hatiku terus bertanya-tanya, benarkah mereka mengejarku, tega-kah aku aku pura-pura tidur tak menemui mereka. Aku pun keluar dan mencoba menenangkan diri, pergi keluar rumah tengok kanan kiri mereka tak juga datang, yah aku tau mereka tak mungkin mengejarku, tapi saat aku keluar akan membaca buku, mereka muncul, ya mereka muncul, ya itu mereka. Mereka datang dan aku seolah tak mengganggap ada masalah terjadi barusan, aku hanya berkata santai dengan alasan yang memang benar ku lakukan tadi.
Dan inilah akhir dari keanehanku sampai hari sabtu ini, kita lihat betapa anehnya diriku pada hari selanjutnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar