Sabtu, 06 April 2013

SILATNAS 2013: Perjalanan Panjang


Jam handphone menunjukkan pukul 03.10, saat alarm yang ku nyalakan semalam berbunyi. Hari ini adalah hari yang ku tunggu dari berbulan-bulan yang lalu. Hari dimana aku akan bertemu dengan teman-teman yang memperjuangkan hal yang sama di seluruh Indonesia. Seperti biasa, aku bangun dan menunaikan sholat tahajud juga tilawah Al-Qur’an. Setelah itu baru bersiap-siap. Adzan shubuh berkumandang. Ini artinya panggilan untuk menunaikan sholat. Agar tetap sehat dan bugar, sebelum berangkat aku memakan sedikit roti yang ku beli semalam, lumayan untuk mengganjal perut yang sudah dari tadi berbunyi meminta makan. Pukul 05.20, motor berwarna biru putih keluar dari rumah dan mengantarku menuju gerbang perumahan.
Langit masih gelap saat aku naik mobil berwarna hijau bertuliskan angka 07, dan bozonk, tulisan yang khas di setiap mobil bernomer 07 jurusan Bojonggede-Pasar Anyar. Saat itu jalanan masih sangat sepi, bisa untuk berjalan dengan kecepatan super, namun karena ini adalah angkutan umum jadi tak mungkin ia berjalan dengan kecepatan seperti itu, jika seperti itu bisa-bisa ia tak mendapatkan penumpang. Silih berganti penumpang naik dan turun menemani perjalanku menuju tempat berkumpul. Di sebuah air mancur yang terkenal di kota Bogor, aku turun dan naik kembali  dengan nomer angkot yang sama dan dengan jurusan yang berbeda. Cukup dengan 15 menit, aku pun sampai di tempat berkumpul, tepatnya di markas Imago di depan Korem. Aku telat beberapa menit dari waktu yang seharusnya. Sudah banyak orang yang berkumpul ditempat ini. Ada yang sedang sarapan, ada juga yang sedang ngobrol-ngobrol. Turun dari angkot mataku tertuju pada salah satu peserta, yang sebelumnya sudah aku kenal, namun aku lupa pernah bertemu dimana dan siapa namanya. Oh iya, ia Ka Fathim yang waktu itu bertemu denganku di MasRay saat IBF tanggal 14 Februari kemarin.
Pukul 07.00 kami dikumpulkan. Setelah pengarahan  dan pembagian konsumsi, kami berfoto dan masuk ke bis untuk memulai perjalanan. Perjalanan menjadi mengasikkan dan tak terasa karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam bis. Kegiatan yang pertama setelah pengarahan kembali, adalah perkenalan. Aku hanya mengingat beberapa nama yang ada di dalam bis itu. Ada Ka Endah, Ka Anisa, dan Fatih dari SMANSA. Ada Ka Eko dari SMANDA. Ada Ka Triyanka, Ka Vera, dan Ka Novita dari SMAN4. Ada teman-teman dari SMAN6. Ada Ka Ginanjar, Nila, dan Ka Citra dari SMAN8. Ada Ka Riani dari SMK YKPI. Ada A Dodi, A Dena dari ILMA serta IMAGO.  Ada A Andri, dan lain-lain yang aku tak ingat namanya.
Setelah perkenalan, A Dena memberikan games yang sudah sangat sering ia mainkan. Ka Ami, Ka Anisa, dan Fatih kalah dalam permainan ini sehingga ia harus maju dan mendapat hukuman. Hukuman berganti-ganti, setuju tak setuju. Dan hukuman yang pada akhirnya dilakukan adalah bermain kata. Setiap orang harus menyebutkan satu kata yang tiap katanya sambung menyambung, yang berisi tentang perjalanan ke Bandung hari ini. Awalnya bagus, tapi lama-lama menjadi tidak nyambung karena satu kata yang keluar dari mulut Fatih. Hukuman ini cukup menghibur dan membuat  orang-orang di dalam bis tertawa. Karna semakin tidak jelas, hukuman pun dihentikan. Acara menjadi semakin membosankan dan garing karena para peserta mulai diam yang menandakan ngantuk, A Dena pun menutup acara sementara. Tak berapa lama, A Andri mengambil alih, dan memulai acaranya kembali. Kali ini adalah sesi dimana semua perwakilan mempresentasikan Rohis/DKMnya masing-masing.
Satu memang selalu menjadi yang pertama. Ya, Giliran SMAN 1 Bogor adalah yang pertama. Ka Endah dibantu dengan Ka Anisa mempresentasikan DKM yang ada di SMANSA yang bernama DKM Ar-Rahmah. Subhanallah, anggota DKM SMANSA berjumlah 80 orang, angka yang sangat mencengangkan bagiku. Dewan Harian di DKM ini berjumlah 7 orang, dan memiliki 7 departemen. Selanjutnya SMAN 2 Bogor. DKM di SMAN 2 bernama DKM At-Thoyyibah. Lalu ada DKM ........ di SMAN 4 Bogor. Ketua Rohis DKM ini keren, punya semangat yang hebat. Salah satu yang membuat DKM SMAN 4 berkembang. Selama ini kita tak pernah mendengar ada rohis atau DKM di SMAN 4 ini, karena memang di SMAN 4 sendiri tidak terdengar. Tapi baru-baru ini SMAN 4 mulai membangun kembali DKMnya. Dengan anggota yang sedikit dan semangat yang hebat, kalian pasti bisa memajukan Rohis SMAN 4. Semangat!! Setelah empat, lima, tapi karena lima tidak ada berarti enam. Ini giliran Rohis Al-Hadistiyah SMAN 6 Bogor. Sang Ketua Rohis maju dan mempresentasikan realita tentang Rohis Al-Hadistiyah. Seharusnya setelah SMAN 6 adalah SMAN 7. Namun, karena perwakilan SMAN 7 ada di mobil dan bukan di bis ini maka selanjutnya adalahh SMAN 8. SMAN 8  tak kalah keren, anggota mereka lebih dari 50 orang, ya 2 kali lipat dari anggota Rohis Al-Hadistiyah.
Selain mengenalkan tentang Rohis atau DKM di masing-masing sekolah. Kita juga membahas tentang masalah-masalah yang ada di dalam sekolah tersebut, dan mencari pemecahan dari masalah itu. Masalah dari tiap sekolah berbeda-beda. Ada sekolah yang kekurangan mentor sehingga sulit untuk melaksanakan mentoring. Ada juga yang ketua rohisnya mengundurkan diri, lantaran dilarang oleh orangtuanya mengikuti Rohis lagi. Tentu di setiap larangan ada hal yang menyebabkan larangan itu diberikan. Ini masalah yang banyak dialami para aktivis organisasi, “Nilai akademik yang menurun”. Terkadang kita lebih mementingkan tugas organisasi ketimbang tugas sekolah, sehingga tugas-tugas sekolah menjadi terabaikan. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Kita selalu menuntut restu orangtua, tapi kita sendiri tak bisa membuktikan bahwa apa yang kita lakukan dapat membanggakannya. Organisasi dan sekolah sama pentingnya, jadi kita harus tawadzun. Untuk masalah ketua rohis yang mengundurkan diri, solusinya tentu mengadakan pemilihan lagi. Karena jika tak ada yang memimpin, organisasi ini akan berantakan.
Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting, tanpa komunikasi yang baik, suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Namun, seringkali masalah komunikasi antara akhwat dan ikhwan terjadi dalam sebuah organisasi. Islam telah mengatur hubungan akhwat dengan ikhwan. Hijab atau batasan akhwat dan ikhwan memang sangat penting, namun bukan berarti dengan hijab tersebut antara akhwat ikhwan sama sekali tidak ada komunikasi.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari masalah-masalah yang ada. Kita lebih sering fokus dengan kuantitas, bukan dengan kualitas. Padahal jika kita telusuri, kuantitas yang kecil dan kualitas yang baik dapat mengalahkan kuantitas yang besar dan kualitas yang buruk. Kuantitas tanpa kualitas tidaklah berarti apa-apa.
Setelah 8 jam perjalanan bis berwarna biru sampai di sebuah sekolah di desa Cibodas. Udara sejuk menyambut baik kedatangan kami. Hamparan selada hijau menjadi pemandangan yang pertama kali kami liat ketika turun dari bis. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan terbayar sudah.

bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar