Jam handphone menunjukkan pukul 03.10, saat alarm yang ku nyalakan semalam
berbunyi. Hari ini adalah hari yang ku tunggu dari berbulan-bulan yang lalu.
Hari dimana aku akan bertemu dengan teman-teman yang memperjuangkan hal yang
sama di seluruh Indonesia. Seperti biasa, aku bangun dan menunaikan sholat
tahajud juga tilawah Al-Qur’an. Setelah itu baru bersiap-siap. Adzan shubuh
berkumandang. Ini artinya panggilan untuk menunaikan sholat. Agar tetap sehat dan
bugar, sebelum berangkat aku memakan sedikit roti yang ku beli semalam, lumayan
untuk mengganjal perut yang sudah dari tadi berbunyi meminta makan. Pukul
05.20, motor berwarna biru putih keluar dari rumah dan mengantarku menuju
gerbang perumahan.
Langit masih gelap saat aku naik mobil berwarna hijau bertuliskan angka
07, dan bozonk, tulisan yang khas di setiap mobil bernomer 07 jurusan
Bojonggede-Pasar Anyar. Saat itu jalanan masih sangat sepi, bisa untuk berjalan
dengan kecepatan super, namun karena ini adalah angkutan umum jadi tak mungkin
ia berjalan dengan kecepatan seperti itu, jika seperti itu bisa-bisa ia tak
mendapatkan penumpang. Silih berganti penumpang naik dan turun menemani
perjalanku menuju tempat berkumpul. Di sebuah air mancur yang terkenal di kota
Bogor, aku turun dan naik kembali dengan
nomer angkot yang sama dan dengan jurusan yang berbeda. Cukup dengan 15 menit,
aku pun sampai di tempat berkumpul, tepatnya di markas Imago di depan Korem.
Aku telat beberapa menit dari waktu yang seharusnya. Sudah banyak orang yang
berkumpul ditempat ini. Ada yang sedang sarapan, ada juga yang sedang
ngobrol-ngobrol. Turun dari angkot mataku tertuju pada salah satu peserta, yang
sebelumnya sudah aku kenal, namun aku lupa pernah bertemu dimana dan siapa
namanya. Oh iya, ia Ka Fathim yang waktu itu bertemu denganku di MasRay saat
IBF tanggal 14 Februari kemarin.
Pukul 07.00 kami dikumpulkan. Setelah pengarahan dan pembagian konsumsi, kami berfoto dan
masuk ke bis untuk memulai perjalanan. Perjalanan menjadi mengasikkan dan tak
terasa karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam bis. Kegiatan yang
pertama setelah pengarahan kembali, adalah perkenalan. Aku hanya mengingat
beberapa nama yang ada di dalam bis itu. Ada Ka Endah, Ka Anisa, dan Fatih dari
SMANSA. Ada Ka Eko dari SMANDA. Ada Ka Triyanka, Ka Vera, dan Ka Novita dari
SMAN4. Ada teman-teman dari SMAN6. Ada Ka Ginanjar, Nila, dan Ka Citra dari SMAN8.
Ada Ka Riani dari SMK YKPI. Ada A Dodi, A Dena dari ILMA serta IMAGO. Ada A Andri, dan lain-lain yang aku tak ingat
namanya.
Setelah perkenalan, A Dena memberikan games yang sudah sangat sering ia
mainkan. Ka Ami, Ka Anisa, dan Fatih kalah dalam permainan ini sehingga ia
harus maju dan mendapat hukuman. Hukuman berganti-ganti, setuju tak setuju. Dan
hukuman yang pada akhirnya dilakukan adalah bermain kata. Setiap orang harus
menyebutkan satu kata yang tiap katanya sambung menyambung, yang berisi tentang
perjalanan ke Bandung hari ini. Awalnya bagus, tapi lama-lama menjadi tidak
nyambung karena satu kata yang keluar dari mulut Fatih. Hukuman ini cukup
menghibur dan membuat orang-orang di
dalam bis tertawa. Karna semakin tidak jelas, hukuman pun dihentikan. Acara
menjadi semakin membosankan dan garing karena para peserta mulai diam yang menandakan
ngantuk, A Dena pun menutup acara sementara. Tak berapa lama, A Andri mengambil
alih, dan memulai acaranya kembali. Kali ini adalah sesi dimana semua
perwakilan mempresentasikan Rohis/DKMnya masing-masing.
Satu memang selalu menjadi yang pertama. Ya, Giliran SMAN 1 Bogor adalah
yang pertama. Ka Endah dibantu dengan Ka Anisa mempresentasikan DKM yang ada di
SMANSA yang bernama DKM Ar-Rahmah. Subhanallah, anggota DKM SMANSA berjumlah 80
orang, angka yang sangat mencengangkan bagiku. Dewan Harian di DKM ini
berjumlah 7 orang, dan memiliki 7 departemen. Selanjutnya SMAN 2 Bogor. DKM di
SMAN 2 bernama DKM At-Thoyyibah. Lalu ada DKM ........ di SMAN 4 Bogor. Ketua
Rohis DKM ini keren, punya semangat yang hebat. Salah satu yang membuat DKM
SMAN 4 berkembang. Selama ini kita tak pernah mendengar ada rohis atau DKM di
SMAN 4 ini, karena memang di SMAN 4 sendiri tidak terdengar. Tapi baru-baru ini
SMAN 4 mulai membangun kembali DKMnya. Dengan anggota yang sedikit dan semangat
yang hebat, kalian pasti bisa memajukan Rohis SMAN 4. Semangat!! Setelah empat,
lima, tapi karena lima tidak ada berarti enam. Ini giliran Rohis Al-Hadistiyah
SMAN 6 Bogor. Sang Ketua Rohis maju dan mempresentasikan realita tentang Rohis
Al-Hadistiyah. Seharusnya setelah SMAN 6 adalah SMAN 7. Namun, karena
perwakilan SMAN 7 ada di mobil dan bukan di bis ini maka selanjutnya adalahh
SMAN 8. SMAN 8 tak kalah keren, anggota
mereka lebih dari 50 orang, ya 2 kali lipat dari anggota Rohis Al-Hadistiyah.
Selain mengenalkan tentang Rohis atau DKM di masing-masing sekolah. Kita
juga membahas tentang masalah-masalah yang ada di dalam sekolah tersebut, dan
mencari pemecahan dari masalah itu. Masalah dari tiap sekolah berbeda-beda. Ada
sekolah yang kekurangan mentor sehingga sulit untuk melaksanakan mentoring. Ada
juga yang ketua rohisnya mengundurkan diri, lantaran dilarang oleh orangtuanya
mengikuti Rohis lagi. Tentu di setiap larangan ada hal yang menyebabkan
larangan itu diberikan. Ini masalah yang banyak dialami para aktivis
organisasi, “Nilai akademik yang menurun”. Terkadang kita lebih mementingkan
tugas organisasi ketimbang tugas sekolah, sehingga tugas-tugas sekolah menjadi
terabaikan. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Kita selalu menuntut restu
orangtua, tapi kita sendiri tak bisa membuktikan bahwa apa yang kita lakukan
dapat membanggakannya. Organisasi dan sekolah sama pentingnya, jadi kita harus
tawadzun. Untuk masalah ketua rohis yang mengundurkan diri, solusinya tentu
mengadakan pemilihan lagi. Karena jika tak ada yang memimpin, organisasi ini
akan berantakan.
Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting, tanpa komunikasi yang
baik, suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Namun, seringkali
masalah komunikasi antara akhwat dan ikhwan terjadi dalam sebuah organisasi.
Islam telah mengatur hubungan akhwat dengan ikhwan. Hijab atau batasan akhwat
dan ikhwan memang sangat penting, namun bukan berarti dengan hijab tersebut
antara akhwat ikhwan sama sekali tidak ada komunikasi.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari masalah-masalah yang ada.
Kita lebih sering fokus dengan kuantitas, bukan dengan kualitas. Padahal jika
kita telusuri, kuantitas yang kecil dan kualitas yang baik dapat mengalahkan
kuantitas yang besar dan kualitas yang buruk. Kuantitas tanpa kualitas tidaklah
berarti apa-apa.
Setelah 8 jam perjalanan bis berwarna biru sampai di sebuah sekolah di
desa Cibodas. Udara sejuk menyambut baik kedatangan kami. Hamparan selada hijau
menjadi pemandangan yang pertama kali kami liat ketika turun dari bis.
Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan terbayar sudah.
bersambung.....
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar