Minggu, 19 Juni 2011

Ortu, dengerin kita-kita, dong!

            (Surat pendek buat ortu)

Mama-Papa, Bapak-Ibu, Abi-Umi, Mami-Papi, Ayah-Bunda, tercinta..... Sekarang kami mulai remaja, bahasa kerennya ABG. Kami mulai merasa ada banyak hal yang berbeda. Kami selalu ingin melakukan hal-hal  berbeda dari masa kanak-kanak kami. Kalian pasti pernah merasakanya, bukan?

Kami mengerti bahwa kalian cemas dan juga bangga terhadap kami. Semoga saja begitu. Semoga kalian termasuk para orangtua yang peduli terhadap perubahan kami. Bukan orangtua yang cuek yang tetap memperlakukan kami seperti bocah.

Mami-Papi, Ayah-Bunda, Abi-Umi , Bapak-Ibu, Mama-Papa….
Di masa-masa kami tumbuh remaja dan menjelang dewasa. Betapa ingin kalian menyapa kami dengan penuh perhatian. Betapa ingin kami mencurahkan kegelisahan dan gejolak masa puber kami dengan santun pada kalian. Betapa ingin kami menceritakan kawan-kawan kami dan semua yang kami inginkan pada kalian dengan suasana yang saling menghargai dan penuh pengertian. Bukan tanggapan dingin, reaktif, kecemasan yang berlebihan, dan bentakan-bentakan yang membuat kami ciut. Dan akhirnya, mengemis serta mengais perhatian dan kehangatan diluar rumah kita.

Betapa kami ingin kalian memahami bahwa anak-anak gadis kalian telah mulai merekah dan anak-anak perjaka kalian mulai gelisah. Betapa kami ingin, kalian bimbing dengan penuh kesabaran, bagaimana Allah dan Rasul kami mengajarkan tentang cinta, tentang pergaulan, tentang syahwat, dan tentang semua naluri fitrah manusia. Orangtua kami tercinta… Janganlah sampai kami menjadikan VCD-VCD porno, majalah-majalah porno, pergaulan tanpa batas dengan teman-teman laki-perempuan kami sebagai sahabat dan pelampiasan kami untuk mengetahui apa yang saat ini ingin kami ketahui. Janganlah kalian mengabaikan gejolak hati kami yang begitu gelisah dengan makhluk lain jenis kami yang saat ini mencuri perhatian kami. Jadilah sahabat pertama setelah Rabb kami, sahabat pertama kami saat kami gelisah, dan jadilah tempat pertama kami menanyakan tentang hidup, menyandarkan perih menyandarkan letih, mengurai cita, menyemaikan canda dan bahagia.

Jadilah sahabat terbaik kami…………
Yang mengajarkan pada kami bagaimana menjaga harga diri, yang mengajarkan pada kami tentang rasa malu, tentang menghormati orang lain. Yang mencontohkan pada kami bagaimana orangtua yang bijaksana sebab kelak, kami pun akan menjadi seperti kalian.

Orangtua kami tercinta…………
Yakinkan pada kami bahwa saatnya akan tiba kami bersanding dengan manusia yang tepat. Jangan paksa kami bergaul bebas hanya karena seusia ini kalian selalu memberikan kebebasan-kebebasan yang kalian anggap itu wajar. Namun… setelah kami (para gadis) terenggut harga diri dan kehormatannya, serta putra-putra perjakamu merusak bunga ditaman orang lain. Kalian bertubi-tubi menyalahkan kami semata. Dan mengambil jalan pintas penyelesaiannya. Orangtua kami tercinta….

Allah menitipkan kami dalam perlindungan, pengayoman, dan pendidikan kalian. Jadikan kami aset untuk meraih surga. Sebab kalian guru pertama kami, teladan pertama kami, kesan yang kalian tanamkan pada kami sejak belia, yang akan terus tumbuh dan menentukan apakah kami akan menjadi tehormat atau rendah, binal atau santun, liar atau sopan, mandiri atau manja, pengecut atau ksatria, teguh atau lacur.

Orang tua kami tercinta…
Mari berbicara dari hati kita yang paling lembut, berbicara lebih tebuka dan bijaksana. Mari bersama kembali pada aturan Allah dan Rasul-Nya agar kami menjadi anak-anak kalian yang teguh dan meneguhkan, hanif dan menghanifkan, cerdas dan mencerdaskan, saleh dan menyalehkan.

Dan tidak ada keinginan sebesar debu pun utuk mendekati kemaksiatan yang menjadikan Sang Pemelihara dan Maha Mencitai mencabut cinta-Nya.


Penuh cinta putra-putrimu yang ranum.

(Dikutip dari buku, PACARAN? Iiiiih… Nggak Banget!!!)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar