Ini merupakan sebuah kisah dimana
air mata, tawa dan senyum jadi satu, dimana asam, manis, asin, dan pahit bercampur. kisah ini menceritakan
sebuah persahabatn yang terjalin sangat indah.
Kadang aku berfikir, kenapa
sahabat-sahabatku mau bersahabat denganku, padahal aku hanyalah seorang yang
egois. Karna itu harusnya aku bersyukur kepada Allah atas sahabat yang Dia
berikan untukku. Ada sebuah kejadian yang ketika aku mengingatnya, air mata berjatuhan. Saat itu aku begitu lelah, pusing, dan sakit.
Dengan keadaan yang seperti itu emosiku tak karuan, tiba-tiba aku marah,
menjawab pertanyaan dengan nada ketus dan puncaknya aku pulang tanpa pamit. Dengan
hati yang marah aku berjalan cepat dengan kepala menunduk, panasnya sinar
matahari siang itu menambah panasnya hatiku. Aku mendengar langkah kaki
seseorang mengikutiku sambil memanggil-manggil namaku “isyah.. isyah” begitu
katanya. Aku menoleh sebentar lalu memalingkannya dan mempercepat langkah kaki.
Aku lelah dan marah tak ingin berbicara kepada siapapun, tak peduli dengan
siapapun. Handphoneku berdering, ada sebuah sms yang masuk, isinya “isyah,
tunggu” yah itu sebuah sms dari seseorang yang mengikutiku dibelakang, aku
semakin tak peduli dan mempercepat langkah kaki lagi. Tiba-tiba disebuah gang
aku dikagetkan dengan kehadiran ka dwi, salah satu mentorku, aku mengobrol
sebentar dan kembali berjalan dengan langkah super duper cepat. Ku kira dia tak
mengikuti lagi tapi ternyata dia masih terus mengikutiku, dan kembali
memanggil-manggil namaku “isyah.. tunggu! Temen-temen ada dibelakang” tak ada
rasa peduli sedikitpun kala itu. Sampai juga aku dirumah, aku berlari ke kamar
dan tidur, lebih tepatnya pura-pura tidur. Aku berencana untuk tidur dan tidak
mempedulikan mereka datang, aku lelah, sangat lelah, dan sangat marah. Tapi air
mataku mulai berjatuhan, tak tega aku melihat lelahnya mereka mengejar
keegoisanku. Ku coba untuk tenang dan berjalan keluar, ya mereka sudah
menungguku didepan gerbang dengan wajah lelah dan khawatir.
“Isyah
kenapa? Pulang ga pamit?” tanya anggia khawatir padaku
“gapapa,
kebelet pipis tadi, ya udah pulang” aku terpaksa berbohong menyembunyikan isi
hatiku yang sebenarnya.
“ih
beneran?” tanyanya lagi meyakinkan
“iya
ih” jawabku lagi
“Yaudah
yuk kerumah Ka Iim!”
“Yaudah
ayuk!”
Aku
berjalan beriringan dengan Hani, Anggia dan Salma. Perlahan hatiku diselimuti
ketenangan. Hati yang tadinya berapi-api berubah menjadi hangat, dan aku
kembali melakukan semuanya seperti biasanya. Dengan sifat sok tau ala isyah
rodhiyah, aku berjalan memimpin mereka mencari rumah kaka tercinta. Sebelumnya
kita tak pernah kerumah ini, karna sang kaka baru saja pindah rumah. Hari ini
kita ingin menjenguk bayi kaka yang baru lahir beberapa hari yang lalu. Kami
bercanda, tertawa bersama sambil menyantap lahap kue yang disediakan. Setelah
sholat ashar kami masak mie yang telah disediakan, maklum saja sudah dari pagi
kami pergi tapi sampai sekarang belum makan. Makan selesai, saatnya pulang. Aku
dan Anggia pulang duluan, karna Anggia sudah ditelfon orangtuannya untuk pergi.
Hari ini ku menemukan arti sebuah pengorbanan dan pengertian seorang sahabat.
Love you sahabatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar