“Kumpulkan LKS kalian” perintah Bu Ati kepada anak-anak saat
mengawali pelajaran. Semua dengan sigap mengumpulkan LKS masing-masing. Sementara
Bu Ati mengoreksi LKS kami ditugaskan membuat soal essay dari bab 3 buku paket.
Oow, kali ini aku lupa membawanya, aku dan Mila memutuskan untuk meminjam buku
ke kelas lain. Setelah kami mendapatkan buku, kami mulai mengerjakan tugas yang
diberikan. Dalam waktu 2 jam pelajaran aku hanya mampu membuat 15 soal, karna
harus dikumpulkan hari ini juga, aku teruskan pekerjaanku saat istirahat. Bel tanda
pergantian pelajaran berbunyi. Pelajaran yang akan kami pelajari adalah IPA. “Belajar
IPA bikin sakit perut” hehe. Seperti biasa guru yang kocak dan blak-blakan ini
bercerita. Gaya dia menceritakan membuat kami sakit perut alias ketawa. Apalagi
pada saat ia bercerita tentang naik sepeda dengan membawa banyak barang. Ia memperagakan
dengan sangat kocak.
Pa Pur bilang “saya heran kenapa orang-orang pada seneng jajan, kalo saya
mah ga pernah jajan, soalnya ga punya duit.” Aduh gubrak! Kata-kata ini memang
sudah sering sekali kami dengar dari mulut Pa Pur, tapi kali ini ada hal yang
tak biasa, ia menunjukkan kepada kami isi dompetnya, dan ternyata dompetnya tak
ada sepeserpun uang, tawa kembali meledak. Aduh Pa Pur, ada-ada aja si pake nunjukin
isi dompet segala. Suara bel berbunyi lagi, berakhirnya pelajaran IPA berakhir
pula candaan kami dengan Pa Pur. Haha. Seperti kataku tadi, aku akan
melanjutkan pekerjaanku yang belum selesai pada waktu istirahat, tapi bukan
berarti aku lalai melaksanakan sholat dhuha. Sholat dhuha tlah dilaksanakan aku
pun berjalan sendirian menuju kelas.
Pelajaran matematika dimulai setelah terdengar bunyi bel. "Aaa" aku
menguap sesekali, mataku mengedip-mengedip dan terus mengedip, aku sangat
ngantuk pada saat itu akibatnya aku tak mendengarkan apa yang dijelaskan Pa
Jin. Kantukku akhirnya pergi tapi tetap saja aku tak menyimak pelajaran yang
sedang diterangkan. Lukaku terasa sakit, biasanya aku lilitkan tisu ke luka
itu agar tak terasa sakit, kali ini juga begitu. Fikiran
isengku kembali muncul, ku lirik spidol bertinta merah di tempat pensil Mila,
lalu ku ambil dan kucoreti tisu dijariku sehingga terlihat seperti darah.
Istirahat kedua tiba, aku berjalan bersama Rahmah dan Asti menyusuri koridor sekolah munuju Mushola.
Kami berjalan sambil berbincang-bincang, aku memulai pembicaraan “aduh tanganku
sakit banget” “kenapa syah berdarah?” Tanya Rahmah dengan serius. Tawaku seketika
meledak, tak ku duga ada yang mengira ini darah beneran, padahal aku hanya
iseng tak ada niatan untuk membohongi orang-orang. Aku tertawa sangat puas
sambil berjalan. Rahmah yang merasa dibohongi marah, begitu juga dengan Asti. Dan
puncaknya terjadi saat dimushola. Aku ga suka dikatain kata itu *rahasia. Aku ampe
nangis*lebay. Ya, kita lebih milih damai, kami pun berdamai. Hehe
Pelajaran terakhir gurunya ga masuk, soalnya ia lagi cuti melahirnya,
guru itu dalah wali kelas kami sendiri. Awalnya
Mila mengajak aku untuk mengisi spidol lalu mengajak Anggie, kami sempat
menolak tapi setelah itu kami setuju menemani Mila ngisi spidol, lalu kami
menajak yang lain, jadilah kami ngisi spidol sekelas. Hehe. Setelah dari situ
kami bermain ditengah lapangan, awalnya si kita ngecengin Naili dengan main “saya
orang kaya-saya orang miskin”. Abis itu kami main tap jongkok, stelah bosan
kami main galasin, ahaha, aku ga bisa mainnya, akibatnya kelompokku kalah
gara-gara aku deh. Kejadian yang paling berkesan dan aneh, saat Rahmah narik
krudung aku trus aku didorong ke sisi kanan, aku cuma ngerasa diputer-puter
trus tau-tau udah diri tegap lagi*aneh. Rahmah TOP deh, bisa nyelamatin tim,
aku? Huaaaaa, bikin ancur aja. Lama kami main tak jua ada tim yang menang,
lelah sekali rasanya dan kami mengakhiri permainan ini. Kami menuju kantin,
yang lain membeli es mas pur lalu berbincang-bincang, pulangnya kami melewati
kelas 7i yang membuat kami teringat dengan masa-masa kami duduk dikelas itu. Kami
kembali ke kelas dan lekas pulang.
Beautiful Moments: Wednesday, September 28th 2011
SERASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar